Batik…(1)

Membatik
Membatik

Salah satu hasil budaya masyarakat Jawa yang sampai sekarang tetap terpelihara dan bahkan berkembang pesat menjadi berbagai ragam pakaian adalah batik. Tradisi batik ternyata sudah dikenal oleh masyarakat Jawa sejak zaman kerajaan dahulu. Bahkan sebagai bukti, banyak karya sastra Jawa berupa naskah kuno yang di dalamnya mengisahkan raja dan para sentana dalem yang memakai berbagai corak motif batik di saat ada pisowanan di kraton. Begitu pula ada sebagian relief candi di Jawa yang menampilkan orang memakai kain batik. Tradisi budaya batik terus ditularkan oleh satu generasi ke generasi berikutnya dan hingga saat ini, keberadaan batik terus berkembang sesuai dengan zamannya.

Pada awal kemunculan tradisi batik, masyarakat Jawa masih sangat terbatas memanfaatkan batik dalam berpakaian. Ketika itu, batik lebih sering dipakai dan masih terbatas untuk kain jarit. Kain jarit ini bagi kaum laki-laki lebih berfungsi sebagai pakaian penutup aurat ke bawah, atau lebih tepat sebagai pengganti celana. Namun ketika kain jarit itu digunakan oleh perempuan, bisa jadi sekaligus sebagai pelindung aurat payudara ke bawah. Bahkan para abdi dalem perempuan di kraton-kraton di kota Yogyakarta dan Surakarta hingga saat ini masih menggunakan kain jarit ini untuk kembenan. Kembenan adalah cara berpakaian dengan cara melilitkan kain jarit ke tubuh permpuan mulai dari payudara ke bawah. Selain itu, kain batik juga kadang diterapkan untuk kain selendang, blangkon, dan udheng “ikat kepala bagi kaum pria”.

Seiring dengan perubahan zaman, batik mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Kain batik tidak hanya dipakai untuk kain jarit saja, tetapi telah merambah ke berbagai produk pakaian lain, seperti hem, blus, korden, kain taplak, serta pernak-pernik rumah tangga lainnya. Pada saat ini hampir produk batik menembus di berbagai produk, bahkan kertas-kertas kado pun bermotif batik. Selain itu, dalam perkembangannya produk batik tidak hanya menjadi produk khas yang dihasilkan oleh masyarakat Jawa, khususnya di kraton, tetapi sudah menyebar di berbagai wilayah. Hampir setiap tempat sekarang memiliki produk batik sesuai dengan tempatnya, misalnya batik pesisir, batik Banyumas, batik yang mendapat pengaruh dari Cina dan Belanda, batik Surakarta, batik Yogyakarta, dan sebagainya. Bahkan pulau-pulau di luar Jawa pun sekarang telah memproduksi batik.

Kain jarit bermotif batik yang dikenal oleh masyarakat Jawa tempo dulu, baik yang dikenal di kraton maupun luar kraton jumlahnya mencapai ratusan. Motif-motif batik yang diciptakan oleh masyarakat Jawa itu pada prinsipnya berdasar pada dua hal, yakni geometris “garis-garis” dan non-geometris. Garis-garis geometris bisa berujud garis vertikal, horisontal, maupun diagonal. Sementara yang non-geometris lebih berdasar pada alam sekitar seperti bunga, daun, pohon, burung, keris, dan sebagainya. Dari dua prinsip itulah yang kemudian dikembangkan dalam motif batik di kain jarit.

http://www.tembi.org/ensiklopedi